Search Anything...

Sabtu, 06 Februari 2021

Model Rambut Megaloman

 


"Mau berantakan kayak gimana juga model rambutnya, kita pasti bisa!"

FYI rambut Megaloman terbuat dari bulu hewan Yak yang diputihkan, dan dibuat oleh Eizo Kaimai dari Kaimai Pro, produsen kostum Ultraman.

Rambut gondrongnya juga sering nyangkut saat dipakai beraksi, makanya harus sering ditata ulang. Yang uniknya tidak selalu menghasilkan model rambut yang sama...

Jadi buat Fans yang berencana membuat kostum Megaloman, silakan dipilih saja model rambut yang kalian suka.

Berkenalan dengan Para Produser Kamen Rider



Kalau kalian ada di posisi Produser, kalian tidak hanya memikirkan teknis dan kualitas produksi, tapi juga sisi bisnisnya.

Saat ini Toei punya 7 Produser aktif yang menangani Tokusatsu. Mereka adalah Hideaki Tsukada, Shinya Maruyama, Takaaki Utsunomiya, Taku Mochizuki, Naomi Takebe, Takahito Omori, dan Kazuhiro Takahashi.

Dari semuanya, 3 nama terakhirlah yang paling sering mengerjakan Kamen Rider.

Satu serial itu kadang melibatkan lebih dari satu Produser dari Toei. Ditambah Produser dari TV Asahi yang mewakili kepentingan berbeda, jadi totalnya bisa 3-4 Produser yang saling berbagi tugas untuk sebuah serial saja.

Lead-nya sendiri kadang di TV Asahi, kadang di Toei. Produser TV Asahi concern utamanya di peningkatan rating. Merekalah yang punya data riset selera penonton. Fokus mereka di look sebuah program dan apakah penonton menyukainya atau tidak. Tugas Produser Toei-lah yang mengakomodir kebutuhan itu. Merekalah yang memproduksi semuanya agar bisa jadi tontonan yang menarik. 

Gimana caranya memastikan judul yang dikerjakan bisa mendatangkan uang dari banyak sisi? Seorang Produser Toei tidak hanya menguasai skill teknis produksi, tapi juga harus paham selera pasar, agar produknya bisa diterima dengan baik, tidak hanya anak-anak, tapi juga fans dewasa, dan para sponsor.

Ini penting untuk dikuasai biar bisa paham dengan kemauannya Produser dari TV Asahi.

Produser-produser yang kompeten juga terlibat aktif dalam perencanaan. Tidak hanya perencanaan teknis produksi, tapi juga kapan mainan-mainan tertentu keluar di serialnya. Jadi tidak cuma jadi kacungnya Bandai, tapi putar otak secara maksimal, agar penonton tidak sadar sedang berada dalam jebakan cerita beracun yang mewajibkan mereka untuk "collect them all!"

Berkarya dengan tujuan komersil ini kadang menghancurkan idealisme. Tapi untuk bisa tetap terus berkarya kita butuh uang bukan?

Saat program-program lain dapat bonus karena ratingnya bagus, penjualannya mainannya tinggi, program idealis yang tidak dapat apa-apa akan menimbulkan kecemburuan.

Itu terjadi di mana-mana…

Akhirnya semua karya memang dibuat agar bisa memberikan keuntungan, tapi negatifnya dirasakan semakin jauh dari konsep awalnya.

Apakah itu buruk?

Idealnya mungkin profit dari project komersil itu disisihkan untuk project idealis seperti Kamen Rider Amazons, KR The First, dll. Tapi kembali lagi, kita punya gap selera dan budaya yang berbeda dengan Jepang.

Idealisme versi mereka belum tentu cocok juga dengan selera fans dewasa di Indonesia.

Makanya lebih baik kalau kita bisa mempelajari bagaimana cara kerja mereka dan kita terapkan ilmunya untuk memproduksi serial lokal yang kita sudah paham marketnya.

Jadi kalau kalian seorang Produser Kamen Rider, apa yang mau kalian lakukan?


Adalah Shinichiro Shirakura yang bergabung dengan Toei di tahun 1990 sebagai BusDev Program TV di Toei. Di usia 25 tahun, ia berani mengatakan kalau Toei itu payah dari segi komersil. Menurutnya, Tokusatsu produksi Toei itu bisa lebih baik kalau bisa melibatkan lebih banyak pihak eksternal (sponsor). Jadi mindset-nya sebagai Produser memang bisnis oriented banget.

Untuk bisa melakukan itu, Shinichiro tidak asal ngecap. Karena ia benar-benar pintar dalam membaca selera pasar. Di tangannya, Kamen Rider VS Monster itu tidak pernah lagi hitam-putih. Karena realitanya kita memang hidup di area abu-abu. Konflik antar Rider bisa terjadi, monster bisa jadi Rider, jumlah Rider jadi tidak terbatas, dst-dst. Konsep itu terbukti membuka peluang eksplorasi cerita dan produksi mainan yang lebih banyak dari sebelumnya.

Secara teknis produksi, Shirakura juga cukup jenius. Fans Kamen Rider, Metal Heroes, & Sentai ini sudah bisa membedakan gaya pengambilan gambar dari masing-masing sutradara Toei di era 80-an. Sutradara favoritnya dalah Yoshiaki Kobayashi (Uchu Keiji & Kamen Rider Black - RX).

Saat ini Shinichiro Shirakura menjabat sebagai General Manager Toei TV Sales Department dan Hi-Tech Ambassador dari divisi baru Toei: Corporate Strategy Department.


Pertama kali bergabung di Toei, Naomi ditempatkan di bagian licensing. Mengurus traffic penjualan lisensi Toei. Dua tahun kemudian dia turun memproduksi serial drama dengan jabatan Asprod (Associate Producer).

Sejak tahun 1996 ia sering ditandem dengan Shinichiro Shirakura dan mempelajari banyak skill dan kebiasannya. Ia baru dipercaya memimpin sebuah produksi penuh di Kamen Rider Kiva (2008).


Sebagai Produser, dia tidak pernah merasa tabu untuk menghadirkan banyak Rider dalam sebuah serial. Ia bahkan menganggapnya suatu tantangan.

Jadi kalau dia sudah pegang serial Kamen Rider, jangan pernah berpikir Ridernya cuma satu orang saja...


Tidak banyak info yang bisa didapat untuk Produser yang satu ini.

Tapi jaraknya bergabung di project Tokusatsu dari pertama kali masuk ke Toei itu termasuk lama jika dibandingkan dengan Produser yang lain. Butuh 11 tahun sejak bergabung di tahun 1998, sampai akhirnya ia jadi Produser di Kamen Rider W.

Di tahun 2012-2015, sama seperti Shinichi Shirakura, ia juga “disekolahkan” ke TV Asahi sebagai Content Business Strategy. Setelah lulus, ia langsung dipercaya memimpin produksi Kamen Rider Ghost.

Banyak yang bilang Ghost gagal…
Tapi bagaimana dengan Kamen Rider Saber yang saat ini sedang tayang?

Baik buruknya serial ini adalah hasil kepemimpinannya. Sejauh ini sih cukup menarik ya. Gimana menurut kalian?


Setelah lulus kuliah film di California, Amerika, Takahito pulang dan langsung diterima di Toei di tahun 2003. Dari sana ia baru tahu kalau Toei itu memproduksi banyak serial jagoan dan langsung nge-fans sama Faiz.

Tahun 2005 ia mulai terlibat di Kamen Rider Hibiki sebagai Asprod dan baru naik jadi Produser di Kamen Rider Kiva (2008). Setelah sukses memimpin Kyoryuger, Takahito dipercaya mengerjakan Kamen Rider Drive, Ex-Aid, Build, Zero One, daan Kamen Rider baru setelah Saber...

Kelebihan Takahito adalah ia tidak pelit untuk menyewa konsultan profesional dari luar, agar tema-tema spesifik yang dihadirkan (Polisi/ Game/ AI) tidak hanya tampak nyata, tapi juga lebih unggul dan keren dibanding teknologi masa kini.

Tulisan saya sebelumnya tentang profesi-profesi Tokusatsu bisa dibaca di sini:
http://bit.ly/profesitoku
http://bit.ly/sutradarabima


Dibalik Lahirnya Garo...



Saya bukan fans GARO, tapi 7 Oktober 2020 ini bertepatan dengan 15 tahun kehadirannya. Saya coba hadirkan fakta-fakta uniknya yang dirangkum dari berbagai macam sumber.

Kenapa saya ngga nge-fans sama Garo? Karena saya ngga nyari yang porno-porno dari Tokusatsu. Serial super hero itu enaknya ditonton terbuka di rumah, sama keluarga, rame-rame, sambil ngasih tau ke anak-anak tentang yg baik itu gimana, konsekuensinya ketemu orang jahat itu gimana, dst-dst.

Tapi bukan berarti saya anti sama Garo dan fans-nya. Saya tetap menghargainya sebagai salah satu produk kreatif di industri hiburan.

Daan, setelah saya baca semua literasinya dan nonton ulang beberapa episode-nya. Garo ini layak untuk ditonton!

Apalagi serial ini terbukti bisa lanjut terus sampai sekarang dan itu tandanya ada uangnya, ada marketnya. Itu patut dipelajari.

Here we go~


Kostum GARO yang super clink itu dari awal memang tidak dibuat untuk pertarungan berat. Makanya semua adegan pertarungan di serial yang pertama, lebih banyak dilakukan dengan CGI. Atau ya si aktor itu sendiri yang banyak beraksi, sebelum dia berubah.

Sutradara aksi, Makoto Yokoyama memberikan solusi kalau proses perubahan itu sendiri sudah merupakan jurus yang spesial. Tapi dengan demikian dia punya PR untuk melatih aktornya untuk benar-benar bisa melakukan adegan laganya sendiri.

Dan ini satu poin plus dari GARO dibanding seri Tokusatsu lainnya.

Makanya salut juga sama cosplayer Indonesia yang bisa bikin kostum GARO yang bagus dan dipakai jumpalitan pula


Yak, semua judul di atas melibatkan Babeh Keita Amemiya...

Entah itu sebagai kreator, sutradara, atau sekedar desain logo/ karakter jagoan/ musuh/ monster.

Seru sih kalau Babeh Keita bisa datang ke Indonesia, pasti banyak kolektor yang beli token tanda tangan dan berani commis mahal untuk dapetin goresan ilustrasinya.

Kalau ada Fans yang bisa kasih detail atau mau tanya-tanya keterlibatan Keita Amemiya di semua judul itu sebagai apa, silakan lanjut di comment.


TFC alias Tohokushinsha Film Corporation itu salah satu perusahaan hiburan terbesar di Jepang. Dia banyak pegang lisensi/ distribusi film-film Amerika di Jepang. Grup perusahaan ini juga yang melakukan seluruh proses sulih suara, marketing, dll. Sedangkan Omnibus Japan adalah Studio FX yang dimiliki oleh TFC.

Grup TFC ini sebelumnya kerja bareng dengan Keita Amemiya di animasi Tweeny Witches/ Maho Shojo Tai Ars (2004). Saat itu mereka sudah membicarakan untuk membuat versi Tokusatsu dari anime tersebut.

Tapi seiring waktu, konsepnya berubah jadi dark hero GARO.

Bandai yang mendengar rencana project ini langsung berminat untuk mendanai. Karena Bandai Visual sudah punya hubungan baik dengan Keita Amemiya. Jadi apa pun yang digarap Keita pasti bisa jadi duit...

Dengan adanya Bandai dan TFC, Project GARO ini sudah sangat aman dari segi pendanaan. Bahkan nyaris 2 kali lipat dari budget Kamen Rider saat itu. Makanya kita bisa melihat kualitas spesial efek yang memuaskan.

Untuk produksinya sendiri dikerjakan oleh DEEP SIDE, PH (Production House) yang baru berdiri di tahun 2002, dan setelah GARO, perusahaan ini banyak merealisasikan konsep-konsep unik lain dari Keita Amemiya.

Crowd sendiri adalah perusahaan miliki Keita Amemiya. Semua kegiatan profesionalnya akan dihubungkan dengan perusahaan ini.

Dan seberapa besar peran TV Tokyo? Sebagai stasiun penayang, tentunya perusahaan ini dapat pemasukan dari iklan yang tayang. Tapi apakah sepenuhnya masuk ke kantong TV Tokyo? Belum tentu...

Yang jelas, dari perolehan rating si GARO ini lumayan kecil dan tidak terlalu istimewa dibanding acara TV Tokyo lainnya yang tayang di dini hari. Dengan demikian bisa disimpulkan TV Tokyo dapat benefit lain dari penayangan GARO, misal cost yg lebih kecil untuk pemasukan iklan yang tidak terlalu banyak.



Sebelum diputuskan jadi tontonan dewasa yang tayang di malam hari, sempat muncul ide kalau jagoan ini akan menggunakan gimmick kartu dan pedang + 6 cincin yang akan digunakan bergantian sesuai kondisi pertarungan. Jagoannya pun ada 8 orang dan memiliki mecha yang menguasai elemen darat, laut, dan udara.

Tapi dengan konsep demikian, dibutuhkan budget yang lebih besar lagi, dan tidak sesuai dengan visi dewasa Keita Amemiya.

Dari konsep itu akhirnya yang tersisa hanya gimmick cincinnya saja.


Saya cuma pernah nonton serial yg tahun 2005-nya saja, apa kalian bisa merekomendasikan seri/ film lainnya yang bagus?

Atau harus benar-benar diurut nontonnya biar paham semuanya?



Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, rating GARO di TV Tokyo itu ngga bagus, dan ngga bisa dibanggakan juga. Konversi iklannya pun pasti tidak maksimal.

Tapi buktinya TV Tokyo masih mau terus menayangkannya...

Jika dilihat fluktuasinya, GARO 2005 itu grafiknya naik turun, tapi cenderung stabil dan meningkat di akhir. Sedangkan untuk seri MAKAISENKI (2011), cenderung menurun, tapi tidak terlalu drastis. Ya iyalah, kalau sudah NOL KOMA gitu mau turun ke mana lagi... 

Buat kalian yang sudah nonton MAKAISENKI, apakah serial ini harusnya bisa dapat rating yang lebih tinggi? Atau memang layak seperti itu?

BTW saat content ini dibuat, saya tidak bisa menemukan informasi rating dari serial-serial GARO yang lain... Kalau misalnya ada, nanti akan ditambahkan untuk perbandingan. 


Di tahun 2006, GARO langsung hadir dengan 3 lini action figure:
1. Sochaku Henshin Series (SHS)
2. Equip & Prop
3. Kiramekbito

Saat itu belum ada yang namanya SHF. Jadi action figure tipe copot-copot armor seperti SHS, walaupun artikulasinya terbatas, sudah termasuk bagus...

Kalau Equip & Prop itu sama seperti lini SIC Kamen Rider. Secara desain keren, tapi dari bahan dan gimmick kadang tidak memuaskan.

Untuk fans yang males dengan figure kebanyakan gimmick dan sudah cukup puas dengan yang kecil, bisa mengoleksi versi Kiwami Tamashii.

Sedangkan Kiramekibito ibarat versi DX Figure-nya. Menghadirkan kostum super clink dengan detail sempurna, tentunya juga dengan harga yang lebih mahal.

Saat Bandai sudah mengeluarkan lini SHF di 2008, GARO versi SHF baru keluar di 2011.

Tapi di tahun yang sama, Bandai juga merilis lini Makai Kado, semacam perbaikan dari lini Equip & Prop, karena lebih mengutamakan desain yang superlatif dan efek-efek yang tidak mungkin dihadirkan di figur sekecil SHF.

Lini Makai Kado saat ini jadi lini terbaik dan terlengkap bagi kolektor action figure GARO, karena desain dan artikulasinya diawasi langsung oleh Takayuki Takeya, pembuat kostum GARO.



FINISH!!!

Saya tunggu rekomendasi seri/ movie GARO yang paling kalian suka dan saya akan mulai tonton weekend ini.

The Birth of Choseishin Series!

 


4 Oktober 2003, ChoSeishin Series pertama mulai tayang di Jepang.

Kolaborasi Konami, Toho, TV Tokyo, dan banyak perusahaan lainnya ini berusaha menggunakan formula terbaik untuk serial Tokusatsu-nya:
- Banyak karakter banyak rejeki
- Robot/ Mecha yang bisa bergabung.
- Gravure Idol
- Spesial Efek dari ahlinya
- dst-dst.

Tapi yang namanya teori tanpa budget & marketing yang maksimal, hasilnya pasti beda dengan yang jm terbangnya lebih tinggi.

Karena kembali lagi, ini semua tentang bisnis. Harus ada pemodal besarnya dan harus menguntungkan juga, biar proyeknya bisa terus lanjut.

Walaupun demikian, kehadiran ChoSeishin Series lah yang memicu TV Asahi membuat branding "Super Hero Time," agar awareness penonton Sentai & Kamen Rider tetap tinggi.

ChoSeishin Series adalah 3 serial Tokusatsu yang tayang di TV Tokyo dan diproduksi oleh Konsorsium yang terdiri dari banyak perusahaan, salah satunya adalah Toho, perusahaan yang memproduksi Godzilla

Kalau bicara genre, serial ini masuk ke kategori Other Heroes. Karena tidak termasuk Ultraman, Kamen Rider, Sentai, atau Metal Heroes yang memang sudah secara spesifik ditentukan demikian oleh para pemiliknya.

Dan yang termasuk dalam ChoSeishin Series ini adalah:

1. ChoSeishin Gransazer (51 eps)
4 Oktober 2003 s/d 25 September 2004

2. GenSeishin Justiriser (51 eps)
2 Oktober 2004 s/d 24 September 2005

3. Chosei Kantai Sazer-X (38 eps)
1 Oktober 2005 s/d 24 Juni 2006


Karena Konami juga mau seperti Bandai…

Rentang tahun 1999 s/d 2003 jadi tahun yang paling produktif untuk Konami. Ada ratusan game per tahun yang dirilis. Yugi-OH, Metal Gear Solid, Silent Hill, dan DDR cuma segelintir dari ribuan game yang sudah dirilis Konami.

Merasa sudah mapan di dunia game, memperingati ulang tahunnya yang ke-30 di 2003, Konami juga ingin merasakan manisnya bisnis mainan Tokusatsu yang selama ini didominasi Bandai.

Maka pdkt-lah Direktur Toys & Games Konami ke Toho Studio, yang dikenal aktif memproduksi Godzilla.

Kenapa tidak ke Toei? Ya karena Toei sudah punya hubungan khusus dengan Bandai.

Baca juga:
Apa pun perusahaannya, pemiliknya adalah...


Perusahaan yang sempat memiliki Tsuburaya Prod. sampai tahun 1992 ini dengan senang hati menerima tawaran “G Project,” nama rahasia untuk Choseishin Series. Tapi siapa yang akan mengerjakan?

Karena SDM spesial efek sudah habis diplot untuk Godzilla Millenium (1999-2004). Maka ditariklah Koichi Kawakita, Sutradara efek Heisei Godzilla (1989-1995) untuk mengerjakan project ini.

Walaupun Koichi sudah memiliki bendera perusahaan sendiri, Dream Planet Japan, ia diberi kebebasan untuk memanfaatkan properti-properti lama Godzilla, mulai dari kostum monster, props kendaraan tempur, serta yang lainnya untuk digunakan di Choseishin Series.

FYI, selain Godzilla, Toho juga produsen Tokusatsu Guyferd (1996), Cybercop (1988), Megaloman (1979), dan Rainbowman (1972).


Proposal dari 2 perusahaan besar ini diterima oleh TV Tokyo dan menyanggupi jadi pemodal terbesar untuk project ini.

TV Tokyo pun menyediakan slot hari Sabtu jam 9 pagi, yang selama ini diisi untuk animasi, untuk ditempati Choseishin Series.

Tapi, budget dan jatah tayang yang diberikan hanya 140 episode, atau sampai pertengahan tahun 2006 saja. Jadi berapa pun serial yang dibuat, harus sudah berakhir di Juni 2006.

Inilah yang menyebabkan Sazer-X hanya terdiri dari 38 episode. Slot selanjutnya diisi oleh serial animasi yang juga didukung oleh Konami: Otogi Jushi Akazukin.

Tokusatsu kembali lagi di TV Tokyo pada slot yang sama, mulai Shin Ultraman Retsuden di tahun 2016.


Karena bikin serial Tokusatsu yang bagus itu butuh biaya mahal, setidaknya 30jt Yen per episode atau sekitar 4,2 milyar rupiah per episode, tidak mungkin hanya bisa jalan dengan modal dari TV Tokyo saja.

Untuk itu dibuatlah konsorsium dengan pembagian keuntungan sesuai dengan kontribusi masing-masing.

TV Tokyo sebagai pemodal utama berhak atas seluruh pemasukan iklan dari 140 episode ChoSeishin Series.

Toho Studio sebagai PH tidak memproduksi serial ini, tapi dikerjakan oleh GE (General Entertainment), yang mengatur seluruh proses produksi, termasuk manajemen kru dan vendor produksi yang terdiri dari banyak perusahaan.

Di bawah General Entertainment ini ada Gansis yang tugasnya membuat perencanaan, ada Dream Planet Japan yang mengerjakan spesial efek, ada J-Stunt Network yang mengerjakan adegan laga, ada Nakano Yoo yang mengerjakan storyboard, ada Marbling Fine Arts yang mengerjakan maket, dst-dst.

Sedangkan Yomiko Advertising tugasnya mengurus semua publikasi dan traffic iklan untuk proyek ini. DImana salah satunya berhasil menggaet Honda untuk mensponsori kendaraan para jagoan ChoSeishin.

Nah, yang sudah nonton ChoSeishin Series, masih ingat ngga kendaraan Honda apa aja yang muncul di sini?


Karakter utama dari Gransazers adalah Sazer Tarious, dari rasi Sagitarius. Memanfaatkan popularitas Saint Seiya dengan jubah Sagitariusnya. Tapi di sini, Tarious berasal dari suku Api dan kekuatannya berasal dari burung Falcon. Bingung kan? Kenapa demikian..?

Biar unik, 12 Ksatria Zodiak ini dipecah jadi 4 suku: Api, Angin, Tanah, dan Air, dengan warna yang berbeda-beda, dengan kelompok hewan yang berbeda-beda juga.

Penentuan elemen dengan kelompok hewan yang berbeda-beda inilah yang mengakibatkan 12 Sazers tidak bisa plek mengikuti asal zodiaknya. Siapa yang memaksakan ide ini? Tentu saja Konami, agar lebih mudah dalam memproduksi mainan-mainannya.

Desain Karakter dikerjakan oleh Shinji Nishikawa, cerita oleh Toshimichi Okawa. Sedangkan untuk penamaan karakter, diserahkan pada Produser Nobuhiko Ishii. Ia pun mengaku pusing, dan akhirnya bermain plesetan untuk penamaan karakternya, agar penonton masih bisa mengetahui masing-masaing karakter itu mewakili zodiak apa.

Berikut ini hasilnya:

Tim Api (Burung):
1. Sazer Tarious (Sagitarius)
Hewan: Falcon
Nama: Tenma Kudo (Ma = Kuda; Ku = Busur)

2. Sazer Lion (Leo)
Hewan: Walet
Nama: Ken Shido (Shi = Singa)

3. Sazer Mithras (Aries)
Hewan: Angsa
Nama: Mika Shido (Mi = Domba)

Tim Angin (Serangga):
4. Sazer Remls (Gemini)
Hewan: Kabuto (Kumbang Tanduk)
Nama: Akira Dentsuin (Tsuin = Twin = Kembar)

5. Sazer Dail (Libra)
Hewan: Kuwaga (Kumbang 2 Tanduk)
Nama: Jin Hakariya (Hakari = Timbangan)

6. Sazer Velsou (Aquarius)
Hewan: Kupu-Kupu
Nama: Ryoko Amemiya (Ame = Hujan = Air)

Tim Tanah (Mamalia):
7. Sazer Tawlon (Taurus)
Hewan: Sapi
Nama: Naoto Matsuzaka (Matsusaka kota penghasil daging sapi berkualitas)

8. Sazer Tragos (Capricorn)
Hewan: Kambing
Nama: Go Kamiya (Kamiya = Kertas, di Jepang identik dengan Kambing. + Go(at) = Kambing)

9. Sazer Visuel (Virgo)
Hewan: Macan Tutul
Nama: Ran Saotome (Otome = Perempuan)

Tim Air (Ikan):
10. Sazer Gorbion (Scorpio)
Hewan: Ikan Hiu
Nama: Makoto Sorimachi (Sasori = Kalajengking)

11. Sazer Gans (Cancer)
Hewan: Pari Manta
Nama: Tappei Mikami (Mikami -> Mikan = Kepiting)

12. Sazer Pisces (Pisces)
Hewan: Lumba-Lumba
Nama: Ai Uozumi (Uo = Ikan)

Gimana menurut kalian?
Ada ide lebih baik dengan tema dan penamaan 12 Ksatria Zodiak ini?


Grafik ini adalah perbandingan performa 3 ChoSeishin Series...

Walaupun secara rata-rata Sazer-X lebih rendah, bahkan ada ratingnya yang hanya mencapai 2%, tapi trend-nya terus naik. Bahkan jadi satu-satunya seri yang episode terakhirnya lebih tinggi dari episode perdananya.

Sedangkan dua Kakaknya, terus menurun. Gransazer sempat naik sampai Part 2, tapi terus menurun di 2 part terakhir. Justiriser bahkan trend-nya flat dan terus menurun hingga akhir.

BTW, semua ChoSeishin Series membagi penayangannya dalam beberapa part, dan berikut ini pembagiannya:

- ChoSeishin Gransazer
Part 1: Eps. 1-12 (Pertarungan Antar Suku)
Part 2: Eps. 13-24 (VS Impactors)
Part 3: Eps. 25-41 (VS Aliens)
Part 4: Eps. 42-51 (VS Bosquito)

- GenSeishin Justirisers
Part 1: Eps. 1-12 (VS Dr. Zora)
Part 2: Eps. 13-24 (VS Kaiser Hades)
Part 3: Eps. 25-41 (VS Majin Daruga)

- Chosei Kantai Sazer-X
Part 1: Eps. 1-13 (VS Descal)
Part 2: Eps. 14-27 (VS Neo Descal)
Part 3: Eps. 25-41 (Final Battle w/ Neo Descal)


Sekarang saatnya berkenalan dengan orang-orang penting dibalik lahirnya ChoSeishin Series...

1. Koichi Kawakita
(5 Desember 1942 - 5 Desember 2014)
Murid dari Eiji Tsuburaya ini sudah bergabung dengan Toho sejak 1962. Dan sejak saat itu terlibat dalam semua Tokusatsu produksi Toho & Tsuburaya.

Sejak tahun 1989 ia dipercaya jadi kepala proyek spesial efek semua film Godzilla, sampai akhirnya pensiun dari Toho di usia 60.

Setelah pensiun, bukannya menikmati hari tua, ia justru mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang spesial efek, dan dinakan Dream Planet Japan.

Saat Toho didekati Konami untuk mengerjakan serial Tokusatsu baru, Koichi dan Dream Planet yang diminta untuk mengerjakannya.

Ciri khas Koichi adalah penekanan ekspresi pada Kaiju dan pertarungan yang memanfaatkan postur dan berat badan, daripada pertarungan gulat seperti manusia.

2. Shinji Nishikawa
(2 Oktober 1964 - now)

Shinji bergabung dengan Toho di tahun 1989 dan dipercaya mengerjakan desain karakter dan storyboard dari semua film Godzilla.

Setelah ChoSeishin Series, ia juga mengerjakan storyboard serial Ultraman Ginga, X, Orb, Geed, dan karakter monster di SSSS Gridman.

3. Tetsuya Matsui
(20 Juni 1968 - now)
Namanya mungkin tidak pernah kalian dengar. Tapi Kalau sudah pakai helm dan jubah seperti itu, fans KBH RX pasti mengenalnya sebagai Kolonel Dasmader, alias Grand Lord Crisis.

Pemerannya itu ternyata seorang aktor laga yang sering bolak-balik ke Hong Kong untuk belajar pembuatan aksi laga. Ia termasuk orang pertama di Jepang yang menerapkan teknik sling dalam pembuatan serial/ film laga.

4. Nobuhiko Ishii
Produser yang ditugaskan membawahi tim kreatif ChoSeishin Series, khususnya Gransazers. Beliaulah yang berpikir keras dalam menamakan 12 jagoan dari Gransazers biar masih bisa terhubung dengan zodiaknya.

5. Teruyoshi Ishii
Sebelum mengerjakan Gransazer & Justiriser, beliau ini sudah pengalaman mengerjakan Ultraman Tiga, Dyna, dan Cosmos.

Kalau menurut Sutradara lokal BIMA Satria Garuda, Terii ini jago dalam membuat perencanaan. Kerumitan yang bisa muncul dari berbagai macam adegan, bisa diatur dengan baik berkat jam terbangnya yang tinggi.

Yak, Terii ini juga dikenal sebagai sutradara Jepang untuk BIMA Satria Garuda dan Satrua Garuda BIMA-X.

6. Toshimichi Okawa
(2 April 1957 - now)
Semua nama di atas itu rata-rata putus sekolah atau putus kuliah, hanya Bapak ini yang punya gelar sarjana dari Fakultas Hukum. Makanya mukanya paling serius dibanding yang lain...

Tapi dasar minatnya memang menulis cerita, ia akhirnya banyak terlibat dalam penulisan naskah TV & Film. Sebelum Gransazers, Toshimichi lah yang mengerjakan cerita Gridman (1993).

Sejak tahun 2016 ia juga aktif menulis naskah untuk animasi Detektif Conan dan Beyblade (2017-2018).


Selesai bikin content ini baru kebayang...
17 tahun lalu udah nonton & beli buku Sazer Visual.

Sementara Fans sekarang rata-rata usianya 18-24 tahun. Yang berarti saat Gransazers tayang baru berumur 7 tahun, dan ngga yakin juga udah pada nonton di usia itu.

Generation Gap itu sungguh nyata.














Siapa Heisei Pertamanya?


Heisei Era dimulai pada 8 Januari 1989, tapi kenapa Heisei Ultraman baru dimulai dari Ultraman Tiga yang tayang di tahun 1996? Juga Heisei Rider itu Kuuga yang tayang di tahun 2000?? Bukan Shin Kamen Rider yang tayang di tahun 1992???

Ya karena sebuah era itu menggambarkan rentang waktu yang panjang, bukan kemunculan sesaat. Makanya ditandai dengan dimulainya sebuah serial yang secara resmi tayang di TV nasional Jepang.

Ini menjelaskan kenapa Ultraman Great yang diproduksi di Australia, tapi tayang di Amerika, dan hadir dalam bentuk video di Jepang tidak disebut sebagai Heisei Ultraman.


Begitu juga dengan Shin Kamen Rider yang pertama kali tayang di bioskop Jepang.

Kalau Sentai, yang memang tidak pernah stop, Era Heisei-nya ya sesuai dengan tahun tayangnya.