Search Anything...

Sabtu, 06 Februari 2021

Model Rambut Megaloman

 


"Mau berantakan kayak gimana juga model rambutnya, kita pasti bisa!"

FYI rambut Megaloman terbuat dari bulu hewan Yak yang diputihkan, dan dibuat oleh Eizo Kaimai dari Kaimai Pro, produsen kostum Ultraman.

Rambut gondrongnya juga sering nyangkut saat dipakai beraksi, makanya harus sering ditata ulang. Yang uniknya tidak selalu menghasilkan model rambut yang sama...

Jadi buat Fans yang berencana membuat kostum Megaloman, silakan dipilih saja model rambut yang kalian suka.

Berkenalan dengan Para Produser Kamen Rider



Kalau kalian ada di posisi Produser, kalian tidak hanya memikirkan teknis dan kualitas produksi, tapi juga sisi bisnisnya.

Saat ini Toei punya 7 Produser aktif yang menangani Tokusatsu. Mereka adalah Hideaki Tsukada, Shinya Maruyama, Takaaki Utsunomiya, Taku Mochizuki, Naomi Takebe, Takahito Omori, dan Kazuhiro Takahashi.

Dari semuanya, 3 nama terakhirlah yang paling sering mengerjakan Kamen Rider.

Satu serial itu kadang melibatkan lebih dari satu Produser dari Toei. Ditambah Produser dari TV Asahi yang mewakili kepentingan berbeda, jadi totalnya bisa 3-4 Produser yang saling berbagi tugas untuk sebuah serial saja.

Lead-nya sendiri kadang di TV Asahi, kadang di Toei. Produser TV Asahi concern utamanya di peningkatan rating. Merekalah yang punya data riset selera penonton. Fokus mereka di look sebuah program dan apakah penonton menyukainya atau tidak. Tugas Produser Toei-lah yang mengakomodir kebutuhan itu. Merekalah yang memproduksi semuanya agar bisa jadi tontonan yang menarik. 

Gimana caranya memastikan judul yang dikerjakan bisa mendatangkan uang dari banyak sisi? Seorang Produser Toei tidak hanya menguasai skill teknis produksi, tapi juga harus paham selera pasar, agar produknya bisa diterima dengan baik, tidak hanya anak-anak, tapi juga fans dewasa, dan para sponsor.

Ini penting untuk dikuasai biar bisa paham dengan kemauannya Produser dari TV Asahi.

Produser-produser yang kompeten juga terlibat aktif dalam perencanaan. Tidak hanya perencanaan teknis produksi, tapi juga kapan mainan-mainan tertentu keluar di serialnya. Jadi tidak cuma jadi kacungnya Bandai, tapi putar otak secara maksimal, agar penonton tidak sadar sedang berada dalam jebakan cerita beracun yang mewajibkan mereka untuk "collect them all!"

Berkarya dengan tujuan komersil ini kadang menghancurkan idealisme. Tapi untuk bisa tetap terus berkarya kita butuh uang bukan?

Saat program-program lain dapat bonus karena ratingnya bagus, penjualannya mainannya tinggi, program idealis yang tidak dapat apa-apa akan menimbulkan kecemburuan.

Itu terjadi di mana-mana…

Akhirnya semua karya memang dibuat agar bisa memberikan keuntungan, tapi negatifnya dirasakan semakin jauh dari konsep awalnya.

Apakah itu buruk?

Idealnya mungkin profit dari project komersil itu disisihkan untuk project idealis seperti Kamen Rider Amazons, KR The First, dll. Tapi kembali lagi, kita punya gap selera dan budaya yang berbeda dengan Jepang.

Idealisme versi mereka belum tentu cocok juga dengan selera fans dewasa di Indonesia.

Makanya lebih baik kalau kita bisa mempelajari bagaimana cara kerja mereka dan kita terapkan ilmunya untuk memproduksi serial lokal yang kita sudah paham marketnya.

Jadi kalau kalian seorang Produser Kamen Rider, apa yang mau kalian lakukan?


Adalah Shinichiro Shirakura yang bergabung dengan Toei di tahun 1990 sebagai BusDev Program TV di Toei. Di usia 25 tahun, ia berani mengatakan kalau Toei itu payah dari segi komersil. Menurutnya, Tokusatsu produksi Toei itu bisa lebih baik kalau bisa melibatkan lebih banyak pihak eksternal (sponsor). Jadi mindset-nya sebagai Produser memang bisnis oriented banget.

Untuk bisa melakukan itu, Shinichiro tidak asal ngecap. Karena ia benar-benar pintar dalam membaca selera pasar. Di tangannya, Kamen Rider VS Monster itu tidak pernah lagi hitam-putih. Karena realitanya kita memang hidup di area abu-abu. Konflik antar Rider bisa terjadi, monster bisa jadi Rider, jumlah Rider jadi tidak terbatas, dst-dst. Konsep itu terbukti membuka peluang eksplorasi cerita dan produksi mainan yang lebih banyak dari sebelumnya.

Secara teknis produksi, Shirakura juga cukup jenius. Fans Kamen Rider, Metal Heroes, & Sentai ini sudah bisa membedakan gaya pengambilan gambar dari masing-masing sutradara Toei di era 80-an. Sutradara favoritnya dalah Yoshiaki Kobayashi (Uchu Keiji & Kamen Rider Black - RX).

Saat ini Shinichiro Shirakura menjabat sebagai General Manager Toei TV Sales Department dan Hi-Tech Ambassador dari divisi baru Toei: Corporate Strategy Department.


Pertama kali bergabung di Toei, Naomi ditempatkan di bagian licensing. Mengurus traffic penjualan lisensi Toei. Dua tahun kemudian dia turun memproduksi serial drama dengan jabatan Asprod (Associate Producer).

Sejak tahun 1996 ia sering ditandem dengan Shinichiro Shirakura dan mempelajari banyak skill dan kebiasannya. Ia baru dipercaya memimpin sebuah produksi penuh di Kamen Rider Kiva (2008).


Sebagai Produser, dia tidak pernah merasa tabu untuk menghadirkan banyak Rider dalam sebuah serial. Ia bahkan menganggapnya suatu tantangan.

Jadi kalau dia sudah pegang serial Kamen Rider, jangan pernah berpikir Ridernya cuma satu orang saja...


Tidak banyak info yang bisa didapat untuk Produser yang satu ini.

Tapi jaraknya bergabung di project Tokusatsu dari pertama kali masuk ke Toei itu termasuk lama jika dibandingkan dengan Produser yang lain. Butuh 11 tahun sejak bergabung di tahun 1998, sampai akhirnya ia jadi Produser di Kamen Rider W.

Di tahun 2012-2015, sama seperti Shinichi Shirakura, ia juga “disekolahkan” ke TV Asahi sebagai Content Business Strategy. Setelah lulus, ia langsung dipercaya memimpin produksi Kamen Rider Ghost.

Banyak yang bilang Ghost gagal…
Tapi bagaimana dengan Kamen Rider Saber yang saat ini sedang tayang?

Baik buruknya serial ini adalah hasil kepemimpinannya. Sejauh ini sih cukup menarik ya. Gimana menurut kalian?


Setelah lulus kuliah film di California, Amerika, Takahito pulang dan langsung diterima di Toei di tahun 2003. Dari sana ia baru tahu kalau Toei itu memproduksi banyak serial jagoan dan langsung nge-fans sama Faiz.

Tahun 2005 ia mulai terlibat di Kamen Rider Hibiki sebagai Asprod dan baru naik jadi Produser di Kamen Rider Kiva (2008). Setelah sukses memimpin Kyoryuger, Takahito dipercaya mengerjakan Kamen Rider Drive, Ex-Aid, Build, Zero One, daan Kamen Rider baru setelah Saber...

Kelebihan Takahito adalah ia tidak pelit untuk menyewa konsultan profesional dari luar, agar tema-tema spesifik yang dihadirkan (Polisi/ Game/ AI) tidak hanya tampak nyata, tapi juga lebih unggul dan keren dibanding teknologi masa kini.

Tulisan saya sebelumnya tentang profesi-profesi Tokusatsu bisa dibaca di sini:
http://bit.ly/profesitoku
http://bit.ly/sutradarabima


Dibalik Lahirnya Garo...



Saya bukan fans GARO, tapi 7 Oktober 2020 ini bertepatan dengan 15 tahun kehadirannya. Saya coba hadirkan fakta-fakta uniknya yang dirangkum dari berbagai macam sumber.

Kenapa saya ngga nge-fans sama Garo? Karena saya ngga nyari yang porno-porno dari Tokusatsu. Serial super hero itu enaknya ditonton terbuka di rumah, sama keluarga, rame-rame, sambil ngasih tau ke anak-anak tentang yg baik itu gimana, konsekuensinya ketemu orang jahat itu gimana, dst-dst.

Tapi bukan berarti saya anti sama Garo dan fans-nya. Saya tetap menghargainya sebagai salah satu produk kreatif di industri hiburan.

Daan, setelah saya baca semua literasinya dan nonton ulang beberapa episode-nya. Garo ini layak untuk ditonton!

Apalagi serial ini terbukti bisa lanjut terus sampai sekarang dan itu tandanya ada uangnya, ada marketnya. Itu patut dipelajari.

Here we go~


Kostum GARO yang super clink itu dari awal memang tidak dibuat untuk pertarungan berat. Makanya semua adegan pertarungan di serial yang pertama, lebih banyak dilakukan dengan CGI. Atau ya si aktor itu sendiri yang banyak beraksi, sebelum dia berubah.

Sutradara aksi, Makoto Yokoyama memberikan solusi kalau proses perubahan itu sendiri sudah merupakan jurus yang spesial. Tapi dengan demikian dia punya PR untuk melatih aktornya untuk benar-benar bisa melakukan adegan laganya sendiri.

Dan ini satu poin plus dari GARO dibanding seri Tokusatsu lainnya.

Makanya salut juga sama cosplayer Indonesia yang bisa bikin kostum GARO yang bagus dan dipakai jumpalitan pula


Yak, semua judul di atas melibatkan Babeh Keita Amemiya...

Entah itu sebagai kreator, sutradara, atau sekedar desain logo/ karakter jagoan/ musuh/ monster.

Seru sih kalau Babeh Keita bisa datang ke Indonesia, pasti banyak kolektor yang beli token tanda tangan dan berani commis mahal untuk dapetin goresan ilustrasinya.

Kalau ada Fans yang bisa kasih detail atau mau tanya-tanya keterlibatan Keita Amemiya di semua judul itu sebagai apa, silakan lanjut di comment.


TFC alias Tohokushinsha Film Corporation itu salah satu perusahaan hiburan terbesar di Jepang. Dia banyak pegang lisensi/ distribusi film-film Amerika di Jepang. Grup perusahaan ini juga yang melakukan seluruh proses sulih suara, marketing, dll. Sedangkan Omnibus Japan adalah Studio FX yang dimiliki oleh TFC.

Grup TFC ini sebelumnya kerja bareng dengan Keita Amemiya di animasi Tweeny Witches/ Maho Shojo Tai Ars (2004). Saat itu mereka sudah membicarakan untuk membuat versi Tokusatsu dari anime tersebut.

Tapi seiring waktu, konsepnya berubah jadi dark hero GARO.

Bandai yang mendengar rencana project ini langsung berminat untuk mendanai. Karena Bandai Visual sudah punya hubungan baik dengan Keita Amemiya. Jadi apa pun yang digarap Keita pasti bisa jadi duit...

Dengan adanya Bandai dan TFC, Project GARO ini sudah sangat aman dari segi pendanaan. Bahkan nyaris 2 kali lipat dari budget Kamen Rider saat itu. Makanya kita bisa melihat kualitas spesial efek yang memuaskan.

Untuk produksinya sendiri dikerjakan oleh DEEP SIDE, PH (Production House) yang baru berdiri di tahun 2002, dan setelah GARO, perusahaan ini banyak merealisasikan konsep-konsep unik lain dari Keita Amemiya.

Crowd sendiri adalah perusahaan miliki Keita Amemiya. Semua kegiatan profesionalnya akan dihubungkan dengan perusahaan ini.

Dan seberapa besar peran TV Tokyo? Sebagai stasiun penayang, tentunya perusahaan ini dapat pemasukan dari iklan yang tayang. Tapi apakah sepenuhnya masuk ke kantong TV Tokyo? Belum tentu...

Yang jelas, dari perolehan rating si GARO ini lumayan kecil dan tidak terlalu istimewa dibanding acara TV Tokyo lainnya yang tayang di dini hari. Dengan demikian bisa disimpulkan TV Tokyo dapat benefit lain dari penayangan GARO, misal cost yg lebih kecil untuk pemasukan iklan yang tidak terlalu banyak.



Sebelum diputuskan jadi tontonan dewasa yang tayang di malam hari, sempat muncul ide kalau jagoan ini akan menggunakan gimmick kartu dan pedang + 6 cincin yang akan digunakan bergantian sesuai kondisi pertarungan. Jagoannya pun ada 8 orang dan memiliki mecha yang menguasai elemen darat, laut, dan udara.

Tapi dengan konsep demikian, dibutuhkan budget yang lebih besar lagi, dan tidak sesuai dengan visi dewasa Keita Amemiya.

Dari konsep itu akhirnya yang tersisa hanya gimmick cincinnya saja.


Saya cuma pernah nonton serial yg tahun 2005-nya saja, apa kalian bisa merekomendasikan seri/ film lainnya yang bagus?

Atau harus benar-benar diurut nontonnya biar paham semuanya?



Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, rating GARO di TV Tokyo itu ngga bagus, dan ngga bisa dibanggakan juga. Konversi iklannya pun pasti tidak maksimal.

Tapi buktinya TV Tokyo masih mau terus menayangkannya...

Jika dilihat fluktuasinya, GARO 2005 itu grafiknya naik turun, tapi cenderung stabil dan meningkat di akhir. Sedangkan untuk seri MAKAISENKI (2011), cenderung menurun, tapi tidak terlalu drastis. Ya iyalah, kalau sudah NOL KOMA gitu mau turun ke mana lagi... 

Buat kalian yang sudah nonton MAKAISENKI, apakah serial ini harusnya bisa dapat rating yang lebih tinggi? Atau memang layak seperti itu?

BTW saat content ini dibuat, saya tidak bisa menemukan informasi rating dari serial-serial GARO yang lain... Kalau misalnya ada, nanti akan ditambahkan untuk perbandingan. 


Di tahun 2006, GARO langsung hadir dengan 3 lini action figure:
1. Sochaku Henshin Series (SHS)
2. Equip & Prop
3. Kiramekbito

Saat itu belum ada yang namanya SHF. Jadi action figure tipe copot-copot armor seperti SHS, walaupun artikulasinya terbatas, sudah termasuk bagus...

Kalau Equip & Prop itu sama seperti lini SIC Kamen Rider. Secara desain keren, tapi dari bahan dan gimmick kadang tidak memuaskan.

Untuk fans yang males dengan figure kebanyakan gimmick dan sudah cukup puas dengan yang kecil, bisa mengoleksi versi Kiwami Tamashii.

Sedangkan Kiramekibito ibarat versi DX Figure-nya. Menghadirkan kostum super clink dengan detail sempurna, tentunya juga dengan harga yang lebih mahal.

Saat Bandai sudah mengeluarkan lini SHF di 2008, GARO versi SHF baru keluar di 2011.

Tapi di tahun yang sama, Bandai juga merilis lini Makai Kado, semacam perbaikan dari lini Equip & Prop, karena lebih mengutamakan desain yang superlatif dan efek-efek yang tidak mungkin dihadirkan di figur sekecil SHF.

Lini Makai Kado saat ini jadi lini terbaik dan terlengkap bagi kolektor action figure GARO, karena desain dan artikulasinya diawasi langsung oleh Takayuki Takeya, pembuat kostum GARO.



FINISH!!!

Saya tunggu rekomendasi seri/ movie GARO yang paling kalian suka dan saya akan mulai tonton weekend ini.

The Birth of Choseishin Series!

 


4 Oktober 2003, ChoSeishin Series pertama mulai tayang di Jepang.

Kolaborasi Konami, Toho, TV Tokyo, dan banyak perusahaan lainnya ini berusaha menggunakan formula terbaik untuk serial Tokusatsu-nya:
- Banyak karakter banyak rejeki
- Robot/ Mecha yang bisa bergabung.
- Gravure Idol
- Spesial Efek dari ahlinya
- dst-dst.

Tapi yang namanya teori tanpa budget & marketing yang maksimal, hasilnya pasti beda dengan yang jm terbangnya lebih tinggi.

Karena kembali lagi, ini semua tentang bisnis. Harus ada pemodal besarnya dan harus menguntungkan juga, biar proyeknya bisa terus lanjut.

Walaupun demikian, kehadiran ChoSeishin Series lah yang memicu TV Asahi membuat branding "Super Hero Time," agar awareness penonton Sentai & Kamen Rider tetap tinggi.

ChoSeishin Series adalah 3 serial Tokusatsu yang tayang di TV Tokyo dan diproduksi oleh Konsorsium yang terdiri dari banyak perusahaan, salah satunya adalah Toho, perusahaan yang memproduksi Godzilla

Kalau bicara genre, serial ini masuk ke kategori Other Heroes. Karena tidak termasuk Ultraman, Kamen Rider, Sentai, atau Metal Heroes yang memang sudah secara spesifik ditentukan demikian oleh para pemiliknya.

Dan yang termasuk dalam ChoSeishin Series ini adalah:

1. ChoSeishin Gransazer (51 eps)
4 Oktober 2003 s/d 25 September 2004

2. GenSeishin Justiriser (51 eps)
2 Oktober 2004 s/d 24 September 2005

3. Chosei Kantai Sazer-X (38 eps)
1 Oktober 2005 s/d 24 Juni 2006


Karena Konami juga mau seperti Bandai…

Rentang tahun 1999 s/d 2003 jadi tahun yang paling produktif untuk Konami. Ada ratusan game per tahun yang dirilis. Yugi-OH, Metal Gear Solid, Silent Hill, dan DDR cuma segelintir dari ribuan game yang sudah dirilis Konami.

Merasa sudah mapan di dunia game, memperingati ulang tahunnya yang ke-30 di 2003, Konami juga ingin merasakan manisnya bisnis mainan Tokusatsu yang selama ini didominasi Bandai.

Maka pdkt-lah Direktur Toys & Games Konami ke Toho Studio, yang dikenal aktif memproduksi Godzilla.

Kenapa tidak ke Toei? Ya karena Toei sudah punya hubungan khusus dengan Bandai.

Baca juga:
Apa pun perusahaannya, pemiliknya adalah...


Perusahaan yang sempat memiliki Tsuburaya Prod. sampai tahun 1992 ini dengan senang hati menerima tawaran “G Project,” nama rahasia untuk Choseishin Series. Tapi siapa yang akan mengerjakan?

Karena SDM spesial efek sudah habis diplot untuk Godzilla Millenium (1999-2004). Maka ditariklah Koichi Kawakita, Sutradara efek Heisei Godzilla (1989-1995) untuk mengerjakan project ini.

Walaupun Koichi sudah memiliki bendera perusahaan sendiri, Dream Planet Japan, ia diberi kebebasan untuk memanfaatkan properti-properti lama Godzilla, mulai dari kostum monster, props kendaraan tempur, serta yang lainnya untuk digunakan di Choseishin Series.

FYI, selain Godzilla, Toho juga produsen Tokusatsu Guyferd (1996), Cybercop (1988), Megaloman (1979), dan Rainbowman (1972).


Proposal dari 2 perusahaan besar ini diterima oleh TV Tokyo dan menyanggupi jadi pemodal terbesar untuk project ini.

TV Tokyo pun menyediakan slot hari Sabtu jam 9 pagi, yang selama ini diisi untuk animasi, untuk ditempati Choseishin Series.

Tapi, budget dan jatah tayang yang diberikan hanya 140 episode, atau sampai pertengahan tahun 2006 saja. Jadi berapa pun serial yang dibuat, harus sudah berakhir di Juni 2006.

Inilah yang menyebabkan Sazer-X hanya terdiri dari 38 episode. Slot selanjutnya diisi oleh serial animasi yang juga didukung oleh Konami: Otogi Jushi Akazukin.

Tokusatsu kembali lagi di TV Tokyo pada slot yang sama, mulai Shin Ultraman Retsuden di tahun 2016.


Karena bikin serial Tokusatsu yang bagus itu butuh biaya mahal, setidaknya 30jt Yen per episode atau sekitar 4,2 milyar rupiah per episode, tidak mungkin hanya bisa jalan dengan modal dari TV Tokyo saja.

Untuk itu dibuatlah konsorsium dengan pembagian keuntungan sesuai dengan kontribusi masing-masing.

TV Tokyo sebagai pemodal utama berhak atas seluruh pemasukan iklan dari 140 episode ChoSeishin Series.

Toho Studio sebagai PH tidak memproduksi serial ini, tapi dikerjakan oleh GE (General Entertainment), yang mengatur seluruh proses produksi, termasuk manajemen kru dan vendor produksi yang terdiri dari banyak perusahaan.

Di bawah General Entertainment ini ada Gansis yang tugasnya membuat perencanaan, ada Dream Planet Japan yang mengerjakan spesial efek, ada J-Stunt Network yang mengerjakan adegan laga, ada Nakano Yoo yang mengerjakan storyboard, ada Marbling Fine Arts yang mengerjakan maket, dst-dst.

Sedangkan Yomiko Advertising tugasnya mengurus semua publikasi dan traffic iklan untuk proyek ini. DImana salah satunya berhasil menggaet Honda untuk mensponsori kendaraan para jagoan ChoSeishin.

Nah, yang sudah nonton ChoSeishin Series, masih ingat ngga kendaraan Honda apa aja yang muncul di sini?


Karakter utama dari Gransazers adalah Sazer Tarious, dari rasi Sagitarius. Memanfaatkan popularitas Saint Seiya dengan jubah Sagitariusnya. Tapi di sini, Tarious berasal dari suku Api dan kekuatannya berasal dari burung Falcon. Bingung kan? Kenapa demikian..?

Biar unik, 12 Ksatria Zodiak ini dipecah jadi 4 suku: Api, Angin, Tanah, dan Air, dengan warna yang berbeda-beda, dengan kelompok hewan yang berbeda-beda juga.

Penentuan elemen dengan kelompok hewan yang berbeda-beda inilah yang mengakibatkan 12 Sazers tidak bisa plek mengikuti asal zodiaknya. Siapa yang memaksakan ide ini? Tentu saja Konami, agar lebih mudah dalam memproduksi mainan-mainannya.

Desain Karakter dikerjakan oleh Shinji Nishikawa, cerita oleh Toshimichi Okawa. Sedangkan untuk penamaan karakter, diserahkan pada Produser Nobuhiko Ishii. Ia pun mengaku pusing, dan akhirnya bermain plesetan untuk penamaan karakternya, agar penonton masih bisa mengetahui masing-masaing karakter itu mewakili zodiak apa.

Berikut ini hasilnya:

Tim Api (Burung):
1. Sazer Tarious (Sagitarius)
Hewan: Falcon
Nama: Tenma Kudo (Ma = Kuda; Ku = Busur)

2. Sazer Lion (Leo)
Hewan: Walet
Nama: Ken Shido (Shi = Singa)

3. Sazer Mithras (Aries)
Hewan: Angsa
Nama: Mika Shido (Mi = Domba)

Tim Angin (Serangga):
4. Sazer Remls (Gemini)
Hewan: Kabuto (Kumbang Tanduk)
Nama: Akira Dentsuin (Tsuin = Twin = Kembar)

5. Sazer Dail (Libra)
Hewan: Kuwaga (Kumbang 2 Tanduk)
Nama: Jin Hakariya (Hakari = Timbangan)

6. Sazer Velsou (Aquarius)
Hewan: Kupu-Kupu
Nama: Ryoko Amemiya (Ame = Hujan = Air)

Tim Tanah (Mamalia):
7. Sazer Tawlon (Taurus)
Hewan: Sapi
Nama: Naoto Matsuzaka (Matsusaka kota penghasil daging sapi berkualitas)

8. Sazer Tragos (Capricorn)
Hewan: Kambing
Nama: Go Kamiya (Kamiya = Kertas, di Jepang identik dengan Kambing. + Go(at) = Kambing)

9. Sazer Visuel (Virgo)
Hewan: Macan Tutul
Nama: Ran Saotome (Otome = Perempuan)

Tim Air (Ikan):
10. Sazer Gorbion (Scorpio)
Hewan: Ikan Hiu
Nama: Makoto Sorimachi (Sasori = Kalajengking)

11. Sazer Gans (Cancer)
Hewan: Pari Manta
Nama: Tappei Mikami (Mikami -> Mikan = Kepiting)

12. Sazer Pisces (Pisces)
Hewan: Lumba-Lumba
Nama: Ai Uozumi (Uo = Ikan)

Gimana menurut kalian?
Ada ide lebih baik dengan tema dan penamaan 12 Ksatria Zodiak ini?


Grafik ini adalah perbandingan performa 3 ChoSeishin Series...

Walaupun secara rata-rata Sazer-X lebih rendah, bahkan ada ratingnya yang hanya mencapai 2%, tapi trend-nya terus naik. Bahkan jadi satu-satunya seri yang episode terakhirnya lebih tinggi dari episode perdananya.

Sedangkan dua Kakaknya, terus menurun. Gransazer sempat naik sampai Part 2, tapi terus menurun di 2 part terakhir. Justiriser bahkan trend-nya flat dan terus menurun hingga akhir.

BTW, semua ChoSeishin Series membagi penayangannya dalam beberapa part, dan berikut ini pembagiannya:

- ChoSeishin Gransazer
Part 1: Eps. 1-12 (Pertarungan Antar Suku)
Part 2: Eps. 13-24 (VS Impactors)
Part 3: Eps. 25-41 (VS Aliens)
Part 4: Eps. 42-51 (VS Bosquito)

- GenSeishin Justirisers
Part 1: Eps. 1-12 (VS Dr. Zora)
Part 2: Eps. 13-24 (VS Kaiser Hades)
Part 3: Eps. 25-41 (VS Majin Daruga)

- Chosei Kantai Sazer-X
Part 1: Eps. 1-13 (VS Descal)
Part 2: Eps. 14-27 (VS Neo Descal)
Part 3: Eps. 25-41 (Final Battle w/ Neo Descal)


Sekarang saatnya berkenalan dengan orang-orang penting dibalik lahirnya ChoSeishin Series...

1. Koichi Kawakita
(5 Desember 1942 - 5 Desember 2014)
Murid dari Eiji Tsuburaya ini sudah bergabung dengan Toho sejak 1962. Dan sejak saat itu terlibat dalam semua Tokusatsu produksi Toho & Tsuburaya.

Sejak tahun 1989 ia dipercaya jadi kepala proyek spesial efek semua film Godzilla, sampai akhirnya pensiun dari Toho di usia 60.

Setelah pensiun, bukannya menikmati hari tua, ia justru mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang spesial efek, dan dinakan Dream Planet Japan.

Saat Toho didekati Konami untuk mengerjakan serial Tokusatsu baru, Koichi dan Dream Planet yang diminta untuk mengerjakannya.

Ciri khas Koichi adalah penekanan ekspresi pada Kaiju dan pertarungan yang memanfaatkan postur dan berat badan, daripada pertarungan gulat seperti manusia.

2. Shinji Nishikawa
(2 Oktober 1964 - now)

Shinji bergabung dengan Toho di tahun 1989 dan dipercaya mengerjakan desain karakter dan storyboard dari semua film Godzilla.

Setelah ChoSeishin Series, ia juga mengerjakan storyboard serial Ultraman Ginga, X, Orb, Geed, dan karakter monster di SSSS Gridman.

3. Tetsuya Matsui
(20 Juni 1968 - now)
Namanya mungkin tidak pernah kalian dengar. Tapi Kalau sudah pakai helm dan jubah seperti itu, fans KBH RX pasti mengenalnya sebagai Kolonel Dasmader, alias Grand Lord Crisis.

Pemerannya itu ternyata seorang aktor laga yang sering bolak-balik ke Hong Kong untuk belajar pembuatan aksi laga. Ia termasuk orang pertama di Jepang yang menerapkan teknik sling dalam pembuatan serial/ film laga.

4. Nobuhiko Ishii
Produser yang ditugaskan membawahi tim kreatif ChoSeishin Series, khususnya Gransazers. Beliaulah yang berpikir keras dalam menamakan 12 jagoan dari Gransazers biar masih bisa terhubung dengan zodiaknya.

5. Teruyoshi Ishii
Sebelum mengerjakan Gransazer & Justiriser, beliau ini sudah pengalaman mengerjakan Ultraman Tiga, Dyna, dan Cosmos.

Kalau menurut Sutradara lokal BIMA Satria Garuda, Terii ini jago dalam membuat perencanaan. Kerumitan yang bisa muncul dari berbagai macam adegan, bisa diatur dengan baik berkat jam terbangnya yang tinggi.

Yak, Terii ini juga dikenal sebagai sutradara Jepang untuk BIMA Satria Garuda dan Satrua Garuda BIMA-X.

6. Toshimichi Okawa
(2 April 1957 - now)
Semua nama di atas itu rata-rata putus sekolah atau putus kuliah, hanya Bapak ini yang punya gelar sarjana dari Fakultas Hukum. Makanya mukanya paling serius dibanding yang lain...

Tapi dasar minatnya memang menulis cerita, ia akhirnya banyak terlibat dalam penulisan naskah TV & Film. Sebelum Gransazers, Toshimichi lah yang mengerjakan cerita Gridman (1993).

Sejak tahun 2016 ia juga aktif menulis naskah untuk animasi Detektif Conan dan Beyblade (2017-2018).


Selesai bikin content ini baru kebayang...
17 tahun lalu udah nonton & beli buku Sazer Visual.

Sementara Fans sekarang rata-rata usianya 18-24 tahun. Yang berarti saat Gransazers tayang baru berumur 7 tahun, dan ngga yakin juga udah pada nonton di usia itu.

Generation Gap itu sungguh nyata.














Siapa Heisei Pertamanya?


Heisei Era dimulai pada 8 Januari 1989, tapi kenapa Heisei Ultraman baru dimulai dari Ultraman Tiga yang tayang di tahun 1996? Juga Heisei Rider itu Kuuga yang tayang di tahun 2000?? Bukan Shin Kamen Rider yang tayang di tahun 1992???

Ya karena sebuah era itu menggambarkan rentang waktu yang panjang, bukan kemunculan sesaat. Makanya ditandai dengan dimulainya sebuah serial yang secara resmi tayang di TV nasional Jepang.

Ini menjelaskan kenapa Ultraman Great yang diproduksi di Australia, tapi tayang di Amerika, dan hadir dalam bentuk video di Jepang tidak disebut sebagai Heisei Ultraman.


Begitu juga dengan Shin Kamen Rider yang pertama kali tayang di bioskop Jepang.

Kalau Sentai, yang memang tidak pernah stop, Era Heisei-nya ya sesuai dengan tahun tayangnya. 

Jumat, 29 Januari 2021

HIDUP & MATINYA METAL HEROES


Kalau kita bicara Metal Heroes, maka hanya terbatas pada serial jagoan produksi Toei & tayang di TV Asahi.

Kalau ada seri jagoan lain produksi Toei, dengan kostum serupa, tapi tayang di TV lain, seperti Byclosser di TV Nippon, atau Changerion di TV Tokyo, maka itu tidak termasuk Metal Heroes.

Lebih spesifik lagi, Metal Heroes adalah jagoan-jagoan yang hadir di serial berikut:

1. Uchu Keiji Gavan (1982)
2. Uchu Keiji Sharivan (1983)
3. Uchu Keiji Shaider (1984)
4. Kyoju Tokuso Juspion (1985)
5. Jiku Senshi Spielban (1986)
6. Chojinki Metalder (1987)
7. Sekai Ninjasen Jiraiya (1988)
8. Kido Keiji Jiban (1989)
9. Tokkei Winspector (1990)
10. Tokkyu Shirei Solbrain (1991)
11. Tokuso Exceedraft (1992)
12. Tokuso Robo Janperson (1993)
13. Blue SWAT (1994)
14. Juko Beetle Fighter (1995)
15. Beetle Fighter Kabuto (1996)
16. Beetle Robo Kabutack (1997)
17. Tetsuwan Tantei Robotack (1998)

Okay, sampai sini ditegaskan lagi kalau ada jagoan lain yang keberadaannya di luar dari 17 seri di atas, walaupun badannya metalik atau apa pun, maka tidak termasuk Metal Heroes. Trus masuknya ke mana? Other Heroes!

TAPI...
Saat Gaban pertama kali dibuat, baik Toei, Bandai, atau pun TV Asahi tidak pernah menamakan ini sebagai Serial Metal Heroes.

Istilah Metal Hero Series baru muncul di tahun 1995 untuk mempromosikan B-Fighter, tapi tidak mengikutsertakan Jiraiya yang memang secara kostum tidak metalik.

Serial yang tayang setelahnya, Kabutack dan Robotack juga tidak disebut Metal Heroes, tapi “Family Tokusatsu no Sekai.”

Jiraiya baru bergabung ke Metal Heroes di tahun 2000, diikuti Kabutack & Robotack dua tahun kemudian.

BTW, karakter atau serial yang sudah lama tidak tayang pun bukan berarti fans-nya hilang.

Metal Heroes ini adalah salah satu contoh terbaiknya.

Fans Gaban/ Sharivan/ Shaider/ Metalder/ Winspector/ Jiban tetap menyukainya walaupun serialnya sudah lama tidak ada atau dibuat lagi versi terbarunya.

Karena lanjut atau tidaknya sebuah serial itu tidak ada hubungan dengan hidup-matinya seorang fans.

Bahkan lebih spesifik, kalau seorang Fans hanya menyukai Gaban, dia boleh saja disebut sebagai Fans Metal Heroes. Karena seorang Fans TIDAK PERLU menyukai semuanya. TIDAK ADA KEWAJIBAN juga untuk menyukai semuanya. Jadi lanjut atau tidaknya sebuah serial itu tidak perlu diratapi berlebihan.

Karena di industri TV, tidak ada yang abadi. Program baru akan selalu datang silih berganti, menggantikan yang lama, yang lebih menguntungkan dan disukai. Berlaku di seluruh dunia, entah itu di Jepang, Amerika, Inggris, Indonesia, atau negara mana pun.


Mengantisipasi absennya TV dari tayangan Tokusatsu yang ditinggalkan Ultraman dan Kamen Rider, Produser Toei, Susumu Yoshikawa mengusulkan jagoan baru yang secara konsep dan eksekusi harus lebih baik dari Kamen Rider.

Ide itu muncul setelah melihat ilustrasi mainan baru dari Bandai yang dibuat oleh Katsushi Murakami, yang menggambarkan sosok jagoan berkostum metalik dan memegang pedang di luar angkasa.

Tapi untuk mewujudkan ide itu, butuh dana yang besar. Karena butuh kostum dengan teknologi baru yang harganya mahal, juga proses pengambilan gambar & efek yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yang sifatnya akan penuh trial & error.

Dengan pengalaman dan jam terbang tinggi, Susumu yang sebelumnya melahirkan Sentai, akhirnya dipercaya memproduksi Gaban dengan budget nyaris 2x lipat dari serial Tokusatu lain yang pernah ada.


Kostum metalik ini dari desain memang menarik. Belum pernah ada jagoan sebelumnya yang punya kostum shiny seperti ini.

Tapi untuk membuatnya, butuh teknologi baru yang tidak murah. Teknologi itu disebut dengan JOUCHAKU System.

BENAR! Jouchaku atau proses pelapisan plat metalik itu memang istilah sungguhan yang digunakan untuk membuat kostum Gaban.

Proses pelapisan ini harus berhati-hati, tidak boleh ada satu pun gelembung udara yang masuk. Karena kalau itu terjadi, akan muncul letupan besar di lapisan plat metalik berbahan FRP (Fiber Reinforced Plastic) itu.

TAPI, masalah kemudian muncul.

Kostum yang dibuat oleh Rainbow ini terlalu istimewa. Sangat berkilau layaknya sebuah cermin yang bisa memantulkan cahaya, termasuk sinar matahari.

Sekali dua kali mungkin tidak apa, tapi kalau setiap shooting pantulan sinar matahari terus masuk melalui lensa, sensor kamera jadi cepat rusak, juga bisa membutakan mata kameramennya.

Untuk itu dibuatlah konsep ruang/ dimensi gelap di mana sang jagoan bisa bertarung tanpa merusak kamera.

Konsep ruang/ dimensi gelap ini juga menjadi solusi untuk perpindahan lokasi dari tengah kota ke medan pertempuran yang bebas gangguan.

Untuk menambah efek keren di kegelapan, maka dibuatlah mata menyala. Yang ternyata jadi sebuah konsep baru yang sangat populer dan masih terus digunakan hingga sekarang.

Kembali ke kostum...
Untuk kebutuhan shooting yang beragam, selain kostum berkualitas super dengan plat FRP metalik tadi, juga dibuat 2 tipe kostum lain yang lebih rendah:
- FRP Cat silver
- Busa Silver


Nah, ini timeline Metal Heroes, baik yang tayang di Jepang, juga adaptasinya di Amerika.

Ada fakta unik di sini yang saya sendiri baru tahu, kalau ternyata istilah Metal Heroes itu baru resmi digunakan sejak tahun 1995 untuk mempromosikan B-Fighter.

Istilah yang sebelumnya digunakan adalah "Hi-Tech Hero Series"

Tapi seperti yang sudah disebutkan di pengantar, Jiraiya, Kabutack, & Robotack baru dimasukkan ke Metal Heroes di tahun 2000-2002.

Sejak saat itu Metal Heroes vakum selama 10 tahun dan baru bangkit kembali untuk merayakan 30 tahun Gaban di tahun 2012. Mulai dari film yang menampilkan kembalinya Retsu Gaban bertemu Gokaiger, kemudian promo film di serial Gobusters, dan puncaknya tentu saja film Gavan The Movie itu sendiri.

Gavan The Movie, juga Gokaiger VS Gavan termasuk laris, makanya Toei tidak ragu untuk memasukkan kembali Metal Heroes dalam produksi mereka.

Performa dari masing-masing film/ seri yang melibatkan Metal Heroes bisa dilihat di gambar selanjutnya.

BTW, Indonesia termasuk negara yang beruntung karena beberapa event terkait Metal Heroes pernah terselenggara:
- Live di Istora Senayan, Uchu Keiji + Goggle-V
Feat. Kenji Ohba & Junichi Haruta
- Live di Istora Senayan
Feat. Spielban & Juspion
- Indonesia Comic Con 2015
Feat. Kenji Ohba
- Indonesia Comic Con 2016
Feat. Kenji Ohba, Hiroshi Watari, & Akira Kushida
- POPCON Asia 2017
35 thn Gavan, Rilis DVD Resmi, & Jouchaku Challenge with Desta Club 80's
Feat. Kenji Ohba & Yuma Ishigaki.


Sekarang kita bahas performa kepemirsaan dari Metal Hero Series...

Sekilas kita bisa melihat hanya Gavan, Sharivan, Shaider, Juspion, Spielban, Winspector, dan Solbrain yang performanya di atas rata-rata.

TAPI...
Kita bisa lihat juga kalau serial ini sudah empat kali pindah jam tayang, yang sialnya terjadi saat serialnya sedang berjalan.

Kalau kalian sudah baca penjelasan saya tentang rating di sini:

Maka tiap jam tayang memiliki demografi kepemirsaan yang berbeda. Orang yang biasa nonton TV di Jumat malam, bisa jadi bukan orang yang sama yang nonton TV di Minggu pagi. Atau Fans yang biasa nonton Senin Malam, belum tentu bisa nonton serial favoritnya di Minggu pagi.

Makanya kita TIDAK BISA membandingkan performa serial dari jam tayang yang berbeda. Dengan demikian kita tidak bisa bilang Gaban lebih bagus dari Winspector. Atau Metalder lebih jelek dari Blue SWAT. Karena masing-masing hari dan jam, punya jenis penonton dengan selera yang berbeda, juga dengan tingkat persaingan yang berbeda pula.

Ada beberapa case menarik yang bisa dibahas di sini adalah:

1. Karakter Annie mendominasi Shaider

Ini adalah strategi yang diambil TV Asahi & Toei untuk menarik lebih banyak penonton cewek agar suka dan terinspirasi oleh aksinya.

Karena riset menunjukkan penonton TV di Jumat malam semakin didominasi cewek, jadi kalau mau dapat rating tinggi, harus bisa menarik minat mereka. Kalau TV Asahi & Toei tetap memaksakan aksi macho ala Kenji Ohba/ Watari di Gavan-Sharivan kembali muncul di Shaider, ratingnya akan semakin merosot.

2. Kenapa Penonton Metalder Sedikit???

Ada beberapa penyebab dari rendahnya rating Metalder
- Cerita yang terlalu berat untuk dicerna anak.
- Antusias anak-anak saat itu sudah dikuasai Saint Seiya & Kinikuman, jadi tidak terlalu peduli dengan Metalder.
- Bandai yang coba fokus menjual mainan dari musuh-musuh Metalder justru memperburuk minat anak, karena mengorbankan cerita.
- Pindah jam tayang dari Senin malam ke Minggu pagi mulai eps.25. Karena di Senin malam TV Asahi menayangkan siaran langsung turnamen voli.
- Resiko pindah jam tayang adalah mencari penonton baru. Metal Heroes cukup struggle di jam 9.30, akhirnya geser ke jam 8 pagi dan menemukan performa terbaiknya mulai Winspector.

Trus kenapa setelah Robotack tidak lanjut lagi?
Lanjut dong, tapi kan saat itu Robotack tidak dianggap Metal Heroes, tapi “Family Tokusatsu no Sekai.” Dan “Family Tokusatsu no Sekai” berikutnya adalah Moero Robocon.

Tapi Robocon ini adalah karya Ishimori Shotaro, jadi saat Kabutack & Robotack dimasukkan ke dalam Metal Heroes, maka merekalah Metal Heroes terakhir.

Lha, trus kenapa konsepnya berubah dari BF-Kabuto jadi kekanakan seperti Kabutack?

Ya karena selera anak-anak di Minggu pagi sudah berubah. Butuh konsep yang lebih ceriaaa. Hahaha.

Tuh, rating Kabuto & BF Kabuto rendah kan?
Giliran dibikin Fun seperti Kabutack & Robotack, peningkatannya lumayan signifikan.

Tayangnya Robocon karya Ishimori di jam tayang Metal Heroes juga membuka jalan untuk kembalinya karya Ishimori lainnya: Kamen Rider.


Metal Heroes kemudian dibangkitkan lagi di tahun 2012. Tapi kenapa Metal Heroes lebih sering team up dengan Sentai?

Karena secara right/ hak cipta lebih mudah, sama-sama punya Toei, dan tidak perlu melibatkan Ishimori Pro. Juga menghindari konfrontasi langsung dengan Kamen Rider.

Masih ingat kan kalau Metal Heroes itu memang dibuat untuk mengalahkan Kamen Rider?

Maka saat Toei ingin membuat Gavan The Movie yang merayakan 30 tahun kelahiran Metal Heroes di 2012, media yang dipakai untuk promosi adalah serial & movie Sentai.

Antusias fans waktu itu sangat baik, karena Sentai Gokaiger juga merayakan ultah Sentai ke-35.

"Gokaiger VS Gavan The Movie"
Tayang: 21 Januari 2012
Jumlah Layar: 263
Jumlah Penonton: 159ribu dalam 2 hari
Pemasukan dari Tiket: 160,75 juta Yen.

"Tokumei Sentai Go-Busters eps.31-32"
Tayang: 23 & 30 September 2012
Rating eps.31 = 5,1%
Rating eps.32 = 4,9%
Average Go-Busters = 4,1%
Penampilan Gavan type G di serial ini sukses meningkatkan jumlah penonton.

"Gavan The Movie"
Tayang: 20 Oktober 2012
Jumlah Layar: 171
Jumlah Penonton: 60ribu dalam 2 hari
Pemasukan dari Tiket: 73,95 juta Yen

CATAT: Saat berdiri sendiri, jumlah penonton Gavan tidak sebesar saat team up dengan Gokaiger atau Kamen Rider di film selanjutnya...

"Super Hero Taisen Z"
Tayang: 27 April 2013
Jumlah Layar: 289 layar
Jumlah Penonton: 201ribu penonton dalam 2 hari
Pemasukan dari Tiket: 940 juta yen

"Sharivan & Shaider Next Generation"
Screening: 7 September 2014
DVD Release:
- 10 Oktober 2014: Sharivan
- 7 November 2014: Shaider

"Shuriken Sentai Ninninger"
Menampilkan Jiraiya.
Tayang: 29 November 2015
Rating eps.34 = 4,6%
Average Ninninger = 3,9%
Lagi-lagi kehadiran Metal Hero berhasil meningkatkan jumlah penonton.

Sejak itu, Toei sudah mengontak Sutradara Koichi Sakamoto untuk membuat beberapa film terkait Metal Heroes, tapi karena sepanjang 2016 itu Koichi sibuk, filmnya baru bisa direalisakan di tahun 2017.

Dan tidak bisa berdiri sendiri, karena takut penontonnya sedikit, maka tetap harus ditemani Sentai...

2017: "Space Squad: Gavan VS Dekaranger"
2018: "Kyuranger VS Space Squad"

Menurut Sutradara Koichi Sakamoto yang diwawancara majalah Figure-Oh, Space Squad tidak lanjut karena Toei & Toei AG harus fokus ke produksi produk yang lebih disukai pengiklan general audience (penontonnya lebih umum/ banyak), yakni Sentai Summer Movie.

2019: Ryusoulger Movie
2020: Kiramager Movie
(geser ke Januari 2021 karena Covid-19)

Dengan plan yang demikian, maka untuk saat ini Metal Heroes harus mengalah dulu dari Super Sentai.


Tidak salah kalau Kamen Rider yang sekarang dikatakan mirip Metal Heroes. Karena yang keren-keren itu pasti akan terus menginspirasi, apalagi yang bikin ya dia-dia juga.

Tapi kehadiran Metal Heroes di Kamen Rider memang sudah ada sejak Heisei Rider kedua: Kamen Rider Agito (2001).

Saat itu muncul karakter "Victory One System", armor tempur yang dibuat Polisi untuk bersaing dengan Kamen Rider G3.

Dari kostumnya sendiri, V1-System menggunakan mold dari helm Solbrain Solbraver, badan Jiban + G3-X, dan bentuk kaki yang mendekati Exceedraft. Tribute 20 tahun Metal Heroes yang sempurna bukan?


Tak kenal maka tak sayang...
Kalau kamu ngaku fans Metal Heroes, kamu harus kenal siapa mereka dan apa saja perannya dalam melahirkan dan menjaga eksistensi para jagoan metalik.

1. Susumu Yoshikawa
(13 Oktober 1935 - 10 July 2020)
Produser andalan Toei yang sudah melahirkan banyak serial populer, termasuk Goranger dan Sentai-Sentai lainnya s/d Goggle-V.
Ia juga yang memperjuangkan Kenji Ohba untuk berperan sebagai Gaban. Setelah Gaban sukses, Susumu terus jadi Produser Metal Heroes sampai Jiban, sebelum akhirnya melahirkan Kamen Rider Black!
Dan terus lanjut sampai Shin, ZO, J, Sentai OH Ranger, dan Changerion.

Kalau mau tau lebih lanjut dengan profil Susumu Yoshikawa, saya sudah pernah membahasnya di sini:
https://www.facebook.com/the14thrider/posts/104595714678455

2. Katsushi Murakami
(23 September 1942 - now)
Desainer pertama Bandai yang awalnya membuat kemasan, membuat logo Popy, sampai akhirnya mendesain lini mainan terkenal Chogokin, Popinica, Machine Robo, hingga Sentai Robo.
Ia kemudian mendirikan dan memimpin anak perusahaan Bandai: Plex, yang khusus bergerak dalam mendesain karakter dan mainan.

Dari goresan tangannya muncul ilustrasi jagoan baru yang kemudian dilirik oleh Susumu, dan akhirnya menjadi Metal Hero pertama. Ia juga yang membuat semua desain karakter utama Metal Heroes sampai Robotack.

Konsep mata menyala dari balik visor juga berasal darinya.

3. Kenji Ohba
(5 Februari 1955 - now)
Pemeran Gaban ini sudah ngga perlu diperkenalkan lagi lah ya... Aktor yang sempurna untuk memerankan Gavan dan beberapa kali hadir di seri Metal Heroes lain, seperti Sharivan, Shaider, Metalder, dan Jiraiya. Ia juga sudah 4 kali datang ke Indonesia.

Ada banyak fakta unik lainnya tentang Kenji Ohba, sudah pernah saya tulis di sini:
https://www.facebook.com/notes/goshen-media/101-fakta-tentang-kenji-ohba/291232021278024/

4. Koichi Sakamoto
(29 September 1970 - now)
Bapak yang satu ini adalah seorang stuntman yang merantau ke Amerika. Sempat jadi suit actor kroco di MMPR sampai akhirnya dipecaya menjadi Sutradara Aksi VR Troopers, naik jadi Sutradara Power Rangers, sampai akhirnya jadi Executive Producer Power Rangers sejak 2003 sampai kontraknya berakhir dengan Disney di 2009.

Berkat kedekatannya dengan Produser Toei, Hideaki Tsukada, ia dipercaya mengerjakan banyak serial Tokusatsu produksi Toei. Dan saat Metal Heroes kembali hadir dengan Space Squad, cuma Koichi yang dipecaya untuk menanganinya.

5. Akira Kushida
(17 Oktober 1946 - now)
Tidak lengkap seri Metal Hero tanpa suara Akira Kushida. Semua lagu-lagu yang dibawakannya jadi fenomenal. Saat konser di Indonesia Comic Con 2016, Akira juga membawakan banyak lagu-lagu Metal Heroes.

6. Michiaki Watanabe
(19 Agustus 1925 - now)
Dikenal juga dengan nama Chumei Watanabe, Kakek ini sudah banyak melahirkan lagu-lagu legendaris, seperti Mazinger Z, Great Mazinger, Jeeg, Goranger s/d Goggle-V, sebelum ia diminta mengerjakan musik dari Gaban.

Uniknya, saat diminta mengerjakan Gaban, ia tidak dibayar untuk mengerjakan banyak lagu, karena budget di awal sudah habis untuk kostum dan efek.

Tapi Michiaki tetap membuatkan banyak lagu untuk Gaban, karena ia percaya kalau Gaban ke depannya akan untung. Dan itu benar. Akhirnya kita bisa menikmati banyak musik-musik memorable dan unik, termasuk BGM Laser Blade yang legendaris itu.

Saat Gaban kembali hadir di tahun 2012 dan Space Squad (2017), Kakek ini kembali dihubungi untuk membuat musik versi barunya.


Dari awal saya ngikutin Tokusatsu, bahasa memang selalu jadi kendala.

Banyak informasi yang sudah tertulis resmi, tapi tidak sampai ke Fans karena mereka tidak tahu kalau info/ penjelasan resminya sudah dimuat di official site atau dalam bentuk buku, dan diperparah lagi dengan kebiasaan buruk senang berasumsi sendiri-sendiri, suka-suka, cuma mau terima info yang disuka aja.

Maka dari itu, kalau ada uang lebih, ada baiknya investasikan untuk membeli buku dan belajar Bahasa Jepang. Karena walaupun Google Translate sudah semakin canggih, kesalahan fatal masih bisa terjadi.

Terima kasih sudah menyimak #RabuGrafik #MetalHeroes kali ini. Sudah panjang tapi pasti belum menjawab semua. Maka dari itu, silakan banget kalau ada hal-hal lain yang ingin ditanyakan .


Timeline Bandai Membuat Sentai



“Tokusatsu itu cuma iklan mainan 30 menit gan!”

“Apalagi Sentai, tontonan bocah tuh~”


Well, pernyataan tadi tidak sepenuhnya benar, tapi tidak sepenuhnya salah juga. Karena ada bisnis besar di sini. Tidak hanya bisnis yang menghidupi pabrik mainan, tapi juga produsen merchandise, pertunjukan panggung, media, agency, termasuk aktor-aktris, musisi, dan pekerja kreatif di industri hiburan.

Tapi Sentai itu memang core business-nya jualan mainan.

Berikut ini #funfactfriday tentang Sentai menurut Manager Boys Toy Bandai Sentai Division, Taku Nakano, yang cuma punya 7 anak buah.


Tema besar utama itu biasanya Organik VS Teknologi, Hewan atau Kendaraan? Atau gabungan?

Yang jelas tidak boleh ada tema sama hadir back to back. Dan yang terpenting, tema tersebut harus disukai anak-anak. Ini pekerjaan yang cukup tricky.

Karena walaupun trend berulang dan bisa diprediksi, tapi apakah benar anak-anak di tahun depan benar-benar menyukai tema yang dihadirkan, selalu jadi misteri.


Setelah dapat tema, tinggal tambah Sentai, jadilah Tema Sentai Nama (ran)ger. ^^;


Tim Sentai Bandai harus bisa membuat konsep robot dalam setahun. Seperti apa robot utamanya, berapa jumlah robotnya, apa gimmick-nya, bagaimana mekanismenya. Dst-dst.

Sudah jadi tradisi kalau 1 robot utama, akan jadi inti dan hadir terus sepanjang tahun. Ini adalah bentuk komitmen Bandai pada orang tua, “Setidaknya beli satu saja, anak Anda tidak akan ketinggalan trend selama setahun.”


Collection Item sudah jadi hal wajib. Karena semakin banyak terjual, semakin besar pula pemasukan. Masalahnya konsep & teori tidak selalu sukses saat sudah direalisasikan.

Kesuksesan GoOnger, Gokaiger, Kyoryuger, & ToQger tidak mudah terulang.


Perusahaan desain milik Bandai ini kemudian akan memoles seluruh konsep karakter, morpher, senjata, dan robot dalam balutan desain yang menarik.


Toei sebagai PH punya pertimbangan besar di sini. Karena dia yang paham secara look akan feasible atau tidak untuk direalisasikan.


Model kemudian dilempar ke props maker/ Rainbow untuk mulai dibuat versi besar dan kostumnya. Tapi bagi Bandai, dari versi prototype masih ada 7-8x proses revisi. Makanya kadang terjadi perbedaan detail dari versi kostum dengan versi mainan yang dijual.


Sementara Toei mulai sibuk menggarap storyboard, produksi kostum & props, juga draft visual efek, Bandai terus menerus melakukan riset pasar untuk mainan barunya.

Caranya dengan mengundang anak-anak mulai usia 3 tahun untuk main dan mengetahui respon mereka.


Bagaimana kalau ternyata anak-anak tidak suka?

Tidak bisa balik lagi ke awal, caranya ditambah/ ganti gimmick yang anak-anak lebih suka.

Evaluasi sepanjang series pun tetap dilakukan, tapi jarang terjadi pembatalan atau penambahan produk di luar rencana.

Lain kali kita bahas apa saja job desc, persyaratan, dan gaji kalau bergabung ke timnya Nakano.

Fans Ketemu Idola: Reino Barack



Saya agak telat waktu tau Indonesia punya Super Hero pertama yang kerjasama resmi dengan Ishimori Pro, perusahaan yang membuat Kamen Rider.

Tapi dari situ langsung saya cari tau siapa orang dibalik BIMA Satria Garuda dan janjian untuk ngobrol-ngobrol. Karena kalau ada orang Indonesia yang proposalnya bisa nembus ke Jepang untuk bikin Tokusatsu itu pastinya hebat banget. Saya harus banyak belajar dari dia.

Reino Barack itu fans Kamen Rider, kalau saya bawa mainan Rider pasti kebanting sama koleksinya. Makanya saya bawa Sentai/ Rangers aja, biar bisa saling pamer. Haha...

Saat itu belum banyak orang yang bahas profilnya, dan tulisan (juga dokumentasi) saya waktu itu dijadikan suber penulisan id.wikipedia.org/wiki/Reino_Barack.

Rating & Sales Ultraman VS Sentai & Kamen Rider!

 


Match ronde berikutnya, di mana posisi Ultraman saat ini dibanding Sentai & Kamen Rider?

Serial Ultraman adalah seri tertua yang lahir dari sang Bapak Tokusatsu, Eiji Tsuburaya. Makanya ngga aneh kalau spesial efek yang dihadirkan Ultraman, terutama di movie, adalah yang terbaik yang dimiliki Jepang. Bebannya berat cuy!

Tapi, Ultraman cukup realistis. Saat manajemennya berantakan dan kecolongan dalam hal hak cipta, mereka terbuka dalam melibatkan pihak luar untuk ngerem dulu dan memperbaiki diri.

Setelah habis-habisan di Ultraman Mebius, Bandai yang masih melihat potensi dari Ultraman langsung masuk membackup Tsuburaya. Dari kepemilikan 33% di 2008, lanjut ke 49% di 2009.

Sejak Mebius, Ultraman juga mulai beralih ke platform digital. Jadi kalau sekarang Ultraman bisa jaya di YouTube, itu sudah berdasarkan pengalaman dan riset panjang.

Ultraman juga tidak memaksakan diri lari panjang dengan serial 1 tahun. Cukup dengan episode-episode pendek, tapi bisa eksis di banyak platform.

Mulai dari mini seri yang mendukung game arcade Bandai: "Ultra Galaxy Dai Kaiju Battle," Ultraman mulai nabung dan pelan-pelan kembali ke TV, bahkan YouTube. Dari sana mulai ketemu formula kalau ujung-ujungnya ya jualan mainan collectibles item yang melibatkan karakter Ultraman-Ultraman lama.

Hasilnya, dalam 5 tahun terakhir, penjualan mainan Ultraman, TIDAK PERNAH TURUN!

Bagaimana perbandingannya dengan Sentai dan Kamen Rider?
Scroll terus kebawah untuk temukan jawabannya...


Sedikit basic knowledge soal rating...

1. Rating itu persentase yang didapat dari jumlah penonton TV di saat tertentu, dalam hal ini average jumlah penonton di suatu program, dibagi dengan total jumlah sample penonton TV (yang ada di Jepang).

2. Angka rating bisa dibreakdown lagi berdasarkan gender, usia, tingkat pendidikan, belanja bulanan, pergerakan penonton per menit, perpindahan channel, apa yang dilakukan saat break, kapan penonton mematikan TV, dst.

3. Untuk bisa mendapatkan angka rating dan detail tersebut, TV/ Media/ Agency periklanan membayar biaya yang cukup besar pada lembaga riset Nielsen.
Makanya, pada dasarnya angka ini confidential dan tidak mudah didapat.

4. Kenapa mahal? Karena detail infonya bisa digunakan untuk evaluasi performa program.

5. TAPI, rating tidak mencerminkan kualitas atau popularitas dari sebuah program/ acara.

6. Rating menjadi tolak ukur karena digunakan para pengiklan sebagai konversi nilai tinggi rendahnya beriklan di program tersebut. Dengan kata lain, rating rendah akan membuat harga iklannya rendah. Semakin rendah berarti semakin sedikit pemasukan bagi TV. Makanya TV ngga suka sama program yang ratingnya rendah.

7. Rating itu mengikuti besarnya total jumlah penonton yang adai di suatu waktu. Di jam yang ramai penonton, misal jam 6 sore sampai jam 9 malam, rating 20% itu biasa. Tapi kalau dini hari, atau pagi buta, rating 10% saja sudah istimewa.
Program yang sama tayang di jam yang berbeda juga akan menghasilkan rating yang berbeda, karena ya ketersediaan penonton tadi.

Makanya di TV ada divisi programming yang kerjanya memastikan sebuah program tayang di jam yang tepat, agar ratingnya bisa maksimal.

Kalau di grafik ini, bisa dilihat kalau "Ultra Q Dark Fantasy" & "Ultraseven X" nilai ratingnya jomplang dengan Neos-Max-Mebius itu bukan karena jelek, tapi karena jam tayang mereka yang ada di dini hari.

Biasanya serial Ultraman itu tayang tiap Sabtu sore di TV, baru pindah ke Sabtu pagi sejak Ultraman Orb (2016).


Ultraman Mebius ngga cuma sukses di jumlah penonton (rating), tapi juga di penjualan mainan.

Serial Ultraman selanjutnya ratingnya terus turun, tapi penjualan mainannya naik terus.

Kemungkinannya ada 2:
1. Semakin banyak mainan yang menarik untuk dibeli.
2. Penonton serial ini sebagian besar tidak menyaksikannya di TV. Angka rating jadi tidak mencerminkan kepemirsaan yang sebenarnya.


Nah, ini kalau kita bandingkan rating dengan sales-nya.

Sejak Ultraman Orb, sales-nya selalu positif. Sedangkan rating terus turun setelah Geed.


Gimana kalau Sales Ultraman dibandingkan dengan Sentai?

Data dari laporan keuangan Bandai menujukkan demikian. Sejak Ultraman Taiga (2019), penjualannya sudah mengalahkan Sentai Ryusoulger.


Dan ini kalau 3 serial Tokusatsu terpopuler kita sandingkan...

Kali ini saya bebaskan kalian untuk berasumsi sendiri-sendiri. Sip!