Search Anything...

Rabu, 19 Agustus 2020

Rating VS Sales Heisei Kamen Rider


Rating terus menurun, berarti yang nonton semakin sedikit ya? Kualitasnya semakin jelek dong? Tapi kok penjualan mainannya terus naik???

Itu yang selalu jadi pertanyaan fans Kamen Rider selama ini. Mungkin berujung pada "Oh ya, paham kenapa kualitasnya belakangan jelek tapi masih tetap lanjut." Tapi faktor sales ini bukan satu-satunya penyebab. Mari kita cek case by case

Benar bahwa rating Kamen Rider tiap tahunnya selalu menurun. Di awal era Heisei, 9,7% warga Jepang menyaksikan Kamen Rider Kuuga (2000). Hype tentunya jadi faktor utama, karena akhirnya Kamen Rider kembali ke TV setelah absen selama 11 tahun. Sebagai pengingat, sejak Ksatria Baja Hitam RX berakhir di 1989, Kamen Rider tidak pernah hadir dalam bentuk serial TV.

New Hero, New Legend, Cho Henshin Kamen Rider Kuuga!

Respon yang sangat bagus ini dilanjutkan oleh seri kedua, Kamen Rider Agito (2001). Walaupun sudah tidak menggunakan konsep manusia yang dioperasi, tapi pendekatan drama yang realistis, dan proses berubah yang tidak lagi menggunakan green screen, membuat serial ini semakin diminati. Agito pun sukses ditonton 11.7% masyarakat Jepang, penjualan Henshin Belt-nya pun laris manis.

Uniknya, kembalinya Kamen Rider ke TV ini sebenarnya hanya direncanakan untuk 2 serial saja. Jadi setelah Agito sukses, tim dari TV Asahi dan Toei lumayan kelabakan untuk memikirkan konsep selanjutnya dari Kamen Rider series.

Maka tidak heran kalau banyak perubahan drastis yang hadir sejak Kamen Rider Ryuki (2002). Produser Shinichiro Shirakura yang sudah dipercaya menggarap Agito pun diminta melanjutkan Kamen Rider untuk dua tahun lagi.

Kamen Rider Battle Royale: Verde, Imperer, Ryuga, Gai, Raia, Zolda, Ryuki, Knight, Ouja, Scissors, Femme, Tiger, & Odin.

Di tangan Shirakura, Heisei Kamen Rider membangun pondasi baru. Sejak serangan teroris 9-11, dunia terasa lebih rentan, super hero pun dipertanyakan, begitu juga dengan konsep hitam-putih baik vs jahat. Kamen Rider di tangan Shirakura tidak lagi sama, Rider bisa jadi jahat, penjahat punya sisi baik, skala kepahlawanannya pun tidak harus global. Tapi yang terpenting, siapa saja bisa jadi Kamen Rider.

Setelah Shirakura selesai dengan “trilogi” Agito-Ryuki-Faiz, Produser Jun Hikasa yang sebelumnya menggarap Sentai dari Gogo-V (1999) sampai Abaranger (2003) dipercaya mengerjakan Kamen Rider Blade (2004). Ia berusaha meracik semua formula sukses dari trilogi Shirakura, tapi sialnya penonton dan penjualan justru menurun. Ia pun beranggapan serial Kamen Rider sudah sulit untuk dilanjutkan. Apakah Blade ini jadi serial Kamen Rider terakhir?

Masukan dari Jun Hikasa ini jadi pertimbangan para petinggi Toei dan Asahi. Harus ada serial baru yang segar, dan lahirlah Hibiki, demit penjaga hutan pembela kebenaran.

Hibiki, contoh konsep menarik yang tidak cocok dengan target marketnya.

Tapi karena secara branding Kamen Rider masih kuat, dan akan butuh banyak effort untuk mempromosikan brand baru. Hibiki tetap menyandang nama Kamen Rider dengan segala perbedaan konsepnya.

Hibiki sukses menarik minat penonton dewasa, 30-50 tahun, tapi GAGAL menarik minat penonton anak. Yes, anak-anak tetap menjadi target utama dari serial minggu pagi ini. Maka sejak episode 30, produser Shirakura (beserta timnya) ditarik kembali untuk menyelesaikan Hibiki kembali ke “jalan yang benar.” 

Shinichiro Shirakura (55), Direktur Toei, mantan Produser Kamen Rider.

Di tangan Shirakura, Kamen Rider semakin mantap sebagai franchise global. Kamen Rider Kabuto (2006) dan Den-O (2007) tidak hanya sukses diminati anak-anak, tapi juga penonton dewasa dan ibu-ibu muda. Kesuksesan Kamen Rider Den-O ini juga bisa dilihat dari jumlah film yang dibuat untuknya, yang mencapai 8 film.

Tapi di era internet yang semakin menggila, jumlah penonton TV terus berkurang, tergerus layanan streaming yang semakin mudah diakses dari mana saja. Jumlah penonton pun tidak bisa dipertahankan, dan terus menurun.

Bagaimana dengan penjualan mainannya?

Sejak Kamen Rider Decade (2009) yang juga ditangani Shirakura, penjualan mainan Kamen Rider selalu tembus 18 Miliar Yen atau sekitar 2 Triliun Rupiah.

Tidak mengherankan kalau Decade bisa mendulang banyak keuntungan, karena di serial ini, semua Heisei Rider kembali hadir, juga dengan mainan versi baru yang layak untuk dikoleksi fans anak-anak dan dewasa.

Setelah Decade, tentu saja Kamen Rider tetap ditarget rating, tapi kalau tidak tercapai, masih ada dukungan dari penjualan mainan, agar serial ini bisa tetap lanjut.

Nah, sejak itu lah muncul gimmick collectible items. Kamen Rider bisa berubah dengan Henshin Belt, tapi untuk mengaktifkan form baru atau jurus-jurus lainnya, ia harus menggunakan banyak sekali item yang menarik untuk dikoleksi mainannya.

RideWatch, Collectible Items dari Kamen Rider ZiO (2018).

Maka muncullah USB di Kamen Rider Double, koin di Kamen Rider OOO, tombol-tombol di Fourze, cincin Wizard, gembok di Gaim, mobil-mobilan di Drive, bola mata (wtf) di Ghost, game cartridge di Ex-Aid, botol di Build, dst-dst. Tidak lupa masing-masingnya dibuat versi Rider-Rider sebelumnya, agar fans dari serial sebelumnya tetap tertarik untuk membelinya. Walaupun belum tentu juga mainan itu dimunculkan di serial atau movie-nya. Tapi terbukti jadi konsep yang sukses untuk terus menguangkan franchise ini.

Belajar dari penurunan yang terjadi di Wizard, Gaim, dan Drive, Bandai selaku sponsor dan penyumbang ide gila dari gimmick-gimmick mainan Kamen Rider semakin selektif dalam menghadirkan collectibles item-nya.

Terbukti sejak Kamen Rider Ghost, Henshin Belt Kamen Rider selalu jadi mainan terlaris di Jepang, hingga sekarang.

DX Ziku Driver, Henshin Belt Kamen Rider Zi-O, mainan terlaris di Jepang sepanjang tahun 2018.

Baca juga: "2020, Bandai andalkan DX Seiken Swordriver Kamen Rider Saber"

Saat rating sudah turun sampai ke 3%, penjualan mainan justru terus naik dan sudah mencapai 28,5 Miliar Yen atau sekitar 3,9 Triliun Rupiah di tahun 2019.

Angka ini baru dari penjualan mainannya saja, belum termasuk IP keseluruhan yang mencapai 31,2 Miliar Yen atau sekitar 4,3 Triliun Rupiah. Angka yang fantastis bukan?

Sayangnya, karena pandemi global, laporan keuangan Bandai Namco memprediksi penjualan mainan Kamen Rider di 2020 ini akan turun ke 27,5 Miliar Yen. Lagi-lagi masih tetap angka yang fantastis untuk sebuah serial anak-anak.

Kembali ke soal rating, sebetulnya persaingan platform bukan satu-satunya penyebab utama dari penurunan rating. Perlu diingat kalau angka pertumbuhan penduduk alias jumlah anak-anak di Jepang terus menurun setiap tahunnya.

Shonen Kamen Rider. Suka ngga suka, target utama serial ini tetap anak-anak.

Kamen Rider mengejar target audience 0-14 tahun, dimana populasi lokalnya saat ini hanya sekitar 15,4 juta atau 12,2% dari total penduduk Jepang yang mencapai 126 juta. Jadi kalau dulu kepemirsaan Kamen Rider tinggi, ya karena jumlah penonton anak-anaknya jauh lebih tinggi dari sekarang.

Next: Konsep “Siapa saja bisa jadi Kamen Rider” ternyata berawal dari kendala regulasi. Begitu juga dengan berkurangnya adegan motor dan Rider Kick. Ada yang bisa jawab? Kita bahas di materi selanjutnya! 

Tidak ada komentar: